PEMATAHAN DORMANSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.). MENGGUNAKAN METODE SKARIFIKASI DAN GIBERELIN
Abstract
Kelapa sawit di Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona. Perkecambahan benih kelapa sawit memerlukan waktu yang lama untuk berkecambah yaitu 3 - 4 bulan karena adanya mekanisme dormansi pada benih. Lamanya waktu perkecambahan merupakan suatu kendala bagi konsumen dan produsen benih. Umumnya perlakuan pematahan dormansi diberikan secara fisik, seperti skarifikasi mekanik dan kimiawi. Giberelin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang sering digunakan dalam memnbantu pematahan biji. Giberelin mengaktifkan enzim hidrolitik yang berperan dalam pemecahan cadangan makanan di dalam benih. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pematahan dormansi benih kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan metode skarifikasi dan konsentrasi giberelin yang sesuai dan mengetahuai adanya interaksi nyata dalam penggunaan metode skarifikasi dan giberelin dalam membantu mematahkan dormansi benih kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga september 2020 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Universitas Sumatera Utara, Bahan yang digunakan yaitu biji kelapa sawit varietas Tenera yang diambil dari perkebunan rakyat daerah Deli Serdang, Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 2 faktor yaitu letak buah pada tandan yaitu Apikal (A), Median (M) dan Basal (B) dan Konsentrasi Giberelin yaitu G0 (0 ppm), G1 (200 ppm), G2 (300 ppm) dan G3 (400 ppm). Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukan bahwa posisi benih pada tandan dan konsentrasi giberelin yang diberikan memberikan pengaruh yang nyata terhadap daya berkecambah (DB) dimana pada perlakuan G3 menunjukan persentase benih berkecambah 36,67% dan kontrol 6,67%. Rata – rata persentase embrio normal yang masih belum berkecambah terdapat pada kontrol (G0) hal ini dikarenakan hormon giberelin berpengaruh terhadap proses perkecambahan benih. Hasil penelitian juga menunjukkan persentase terkecil pada intensitas dormansi terdapat pada G3 yaitu 81,11% dan pada bagian apikal 77,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi dan giberelin yang sebelumnya juga diberikan perendaman dalam air panas efektif untuk pematahan dormansi benih kelapa sawit. Rata – rata PTM terdapat pada konsentrasi giberelin 400 ppm sebesar 26,67% dan terdapat pada bagian apikal, namun konsentrasi giberelin tidak berpengaruh nyata terhadap potensi tumbuh maksimum. Metode pematahan dormansi benih dengan skrafiksai dan perendaman dalam giberelin memberikan pengaruh yang nyata terhadap daya berkecambah, embrio normal dan intensitas dormansi namun tidak berpengaruh nyata terhadap potensi tumbuh maksimum. Pertumbuhan terbaik benih berasal bagian apikal dari tandan kelapa sawit.
Kata Kunci : Pematahan Dormansi, Skarifikasi, Giberelin, Kelapa Sawit
Full Text:
PDFReferences
Feurtado, J.A, and A.R. Kermode. 2007. A merging of paths: absisic acid and hormonal cross-talk in the control of seed dormancy maintenance and alleviation. In: Bradford, K and H. Nonogaki (eds). Seed development dormancy and germination. Blackwell, Oxford, U.K.
Hadi, P. Dkk. 2017. Aplikasi Enzim Ligninase dan Selulase Untuk Meningkatkan Perkecambahan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian kelapa Sawit, Pematang Siantar, Sumatera Utara
Julyan, A. Q. Supijatno. 2017. Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guiinensis Jacq) di Pusat Penelitian KelapA Sawit Marihat, Sumatera Utara. Vol.8 No. 2, hal 48- 55
Kartika, Dkk. 2015. Pematahan Dormansi Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menggunakan KNO3 Dan Skarifikasi. Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan, Vol. 8 No.2
Lubis A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Indonesia. Edisi 2. Medan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Marsiwi, T. 2012. Beberapa Cara Perlakuan Benih Aren (Arenga pinnata Merr.) Untuk Mematahkan Dormansi. Laporan Seminar Umum, UGM, Yogyakarta.
Nuraini,I. Cucu, Suherman. 2016. Pemecahan Dormansi Benih Kelapa Sawit Dengan Metode Dry Heat Treatment Dan Pemberian Giberelin. Agrin Vol. 20, No. 2, Oktober 2016.
Rawi DFA, Hariyadi P, Budijanto S. 2004. Kajian Hidrolisis Enzimatis MinyakSawit Secara In Situ. Forum pascasarjana 27:2..
Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan. Yogyakarta: Kanisius.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Biokimia Tumbuhan. Jilid 2. Penerjemah: Lukman, D.R. dan Sumaryono. ITB, Bandung..
Silomba SDA. 2006. Pengaruh Lama Perendaman dan Pemanasan Terhadap Viabilitas Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaqc.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Supardi, dkk. 2016. Pengaruh Lama Perendaman Dan Konsentrasi Giberelin (GA3) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Agrotekbis 2 (3) : 425 – 431
Sari, D.I. 2016. Perlakuan Pemecahan Dormansi Benih pada Perkecambahan Kopi. BBPPTP. Surabaya
DOI: http://dx.doi.org/10.30821/kfl:jibt.v4i2.8786
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2021 KLOROFIL: Jurnal Ilmu Biologi dan Terapan
Indexed By:
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.