Religious Plurality in the Madiun Residency After the Administrative Modernization of the 20th Century
Abstract
This article aims to answer the question of how indigenous officials in the Madiun Residency responded to the attitude of the Dutch East Indies Government which was anti to religious issues, given its position as part of the administrative area of the Dutch East Indies Government formed after the Java War (1825-1830), in addition to controlling the colonies, there were also efforts to separate religion and government, thus making indigenous peoples struggled in carrying out their worship and religious activities until the end of the 19th century. Using historical methods and approaches to the sociology of religion, as well as reinforced by the Challenge and Response theory, which was initiated by Arnold Joseph Tonybee, the findings show that there was interference from the priyayi elite and peasants who urged the Dutch government to issue a policy of administrative modernization in the 20th century, which provided an opportunity for indigenous officials to hold certain posts in the government, then the native officials responded again dengan gave a kind of flexibility in carrying out religious activities for every religious believer.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Abdurrahman, D. (2011). Metodologi Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta: Ombak.
Afiyanto, H., & Ayuningtyas, D. P. (2019). Menjejak Keseharian Etnis Tionghoa Madiun 1966’an—2000’an. Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah, 5(2), 48–58.
Algemeene Secretarie, 27 Januari 1905, No. 1271 (Arsip Nasional Republik Indonesia).
Bezemer, T. J. (1921). Beknopte Encyclopædie Van Nederlandsch-Indië: Naar Den Tweeden Druk Der Encyclopædie Van Nederlandsch-Indië. s’Gravenhage: Martinus Nijhoff. www.delpher.nl.
Brooshooft, P. (1903, Januari 5). De Locomotief: Niews Handels en Advertentie-Blad Verschijnt dagelijks, Zon en Feestdagen uitgezonderd. LIIste Jaargang, 1–8. www.delpher.nl.
Donner, J. J. (1908). Een Tienjarige Strijd. EPE: N.V. Stoomdrukkeij. www.delpher.nl.
Graaff, D. D., & Stibbe, D. G. (1918). Encyclopædie Van Nederlandsch-Indië. s’Gravenhage: Martinus Nijhoff. Arsip Nasional Republik Indonesia.
Ham, O. H. (2019). Madiun dalam Kemelut Sejarah: Priyayi dan Petani di Keresidenan Madiun Abad XIX (Edisi Revisi). Jakarta: KPG.
Husna, M. (2019). Halalbihalal dalam Perspektif Adat dan Syariat. Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, 2(1), 45–56.
Khoirurrosyidin. (2018). Perayaan Grebeg Suro sebagai Potensi Pengembangan Sektor Wisata Budaya Ponorogo. Jurnal Aristo, 6(2), 343–353.
Khotimussalam, M. (2019). The Dutch Islamic Policies: Peran Politik Cristian Snouck Hurgronje di Wilayah Hindia Belanda. Tamaddun: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam, 7(1), 239–257.
Kusnanto, H., & Hartono, Y. (2017). Masjid Tegalsari Jetis Ponorogo (Makna Simbolik dan Potensinya sebagai Pembelajaran Sejarah Lokal). Gulawentah: Jurnal Studi Sosial, 2(1), 41–48.
Mahamid, M. N. L. (2021). Kolonisasi, Modernisasi, dan Perubahan Struktur Sosial Politik di Karesidenan Madiun (1896-1907). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mahamid, M. N. L. (2022). Karesidenan Madiun 1896-1942: Kiprah Penguasa Belanda dalam Modernisasi Administrasi hingga Perubahan Sosial-Politik. Yogyakarta: KBM Indonesia.
Makmun, H. A. R. (2014). Pembentukan Karakter Berbasis Pendidikan Pesantren: Studi di Pondok Pesantren Tradisional dan Modern di Kabupaten Ponorogo. Cendekia: Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan, 12(2), 211–238.
Margana, S., et al. (2018). Madiun: Sejarah Politik dan Transformasi Kepemerintahan dari Abad XIV Hingga Awal Abad XXI (Edisi Revisi). Madiun: Pemerintah Daerah Kabupaten Madiun bekerja sama dengan Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Mayer, L. Th., & Moll, J. F. A. C. van. (1909). De sĕḍĕkahs en slamĕtans in de desa en de daarbij gewoonlijk door den Javaan gegeven andere festiviteiten. Semarang-Soerabaja: G.C.T van Dorp & Co. www.delpher.nl.
Mugni, A. (2018). Ritual Khanduri Blang: Agama dan Adat. Jurnal Al-Ijtimaiyyah, 4(1), 1–8.
Muhakamurrohman, A. (2014). Pesantren: Kiai, Santri, dan Tradisi. Ibda': Jurnal Kebudayaan Islam, 12(2), 109–118.
Putro, R. A., & Hadiwasito, H. (2013). Sejarah dan Perkembangan Kampung Pecinan di Kota Madiun Masa Orde Lama hingga Reformasi: Studi Sosial-Ekonomi. Agastya: Jurnal Sejarah dan Pembelajarannya, 3(2), 93–117.
Rahmawati, A. T., & Nurcahyo, A. (2017). Makna Simbolik Arsitektur Gereja Santo Cornelius Kelurahan Pangongangan Kecamatan Manguharjo Kota Madiun Jawa Timur. Agastya: Jurnal Sejarah dan Pembelajarannya, 7(2), 103–122.
Soebijantoro, et al. (2012). Rekonsiliasi Konflik Antarperguruan Silat di Madiun (Studi Historis Sosiologis). Agastya: Jurnal Sejarah dan Pembelajarannya, 2(1), 100–125.
Staatsblad van Nederlandsch-Indië, 18 Desember 1905, No. 605 (Arsip Nasional Republik Indonesia).
Steenbrink, K. (2017). Kaum Kolonial Belanda dan Islam di Indonesia 1595-1942 (S. A. Jamrah, Penerjemah). Yogyakarta: Gading Publishing.
Stibbe, D. G., & Sandbergen, F. J. W. H. (1939). Encyclopædie Van Nederlandsch-Indië. s’Gravenhage: Martinus Nijhoff. www.delpher.nl.
Sukarti. (2020). Pengaruh Eksistensi Pandita terhadap Minat Umat Buddha pada Kegiatan di Vihara. Abip: Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan, 6(1), 89–101.
Susilo, A., & Isbandiyah. (2018). Politik Etis dan Pengaruhnya bagi Lahirnya Pergerakan Bangsa Indonesia. Historia: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 6(2), 403–416.
Suwignyo, A., & Baha’uddin. (2018). Politik Pemerintahan dan Kebijakan atas Ruang dalam Penetapan Ibu Kota Baru Kabupaten Madiun: Menemukan Posisi Caruban 1830-2017. Jurnal Sejarah Indonesia, 1(1), 80–103.
Syamsuri, & Borhan, J. T. B. (2016). Eksistensi dan Kontribusi Pondok Modern Darussalam Gontor dalam Pembangunan Sumber Daya Manusia. At-Ta’dib: Journal of Pesantren Education, 11(2), 201–226.
Tharaba, F. (2016). Sosiologi Agama: Konsep, Metode, Riset, dan Konflik Sosial. Malang: Madani.
Toynbee, A. J. (2017). A Study of History: Buku Babon Studi Sejarah (S. Abdullah, Penerjemah). Yogyakarta: Indoliterasi.
Triatmoko, A., & Wibowo, A. M. (2012). Cagar Budaya Masjid Kuno Kuncen sebagai Ikon Wisata Sejarah dan Religi Kota Madiun. Agastya: Jurnal Sejarah dan Pembelajarannya, 2(2), 66–80.
Wahyuliana, R., & Wathoni, S. (2019). Pemberdayaan Jamaah Masjid Agung Raden Mas Ageng Aryo Tjokronegoro Kabupaten Ponorogo dalam Peningkatan Keagamaan. JCD: Journal of Community Development and Disaster Management, 1(1), 41–54.
Wahyuningtyas, S. (2018). Upacara Entas-entas di Pura Sanggha Bhuana Lanud Iswahyudi Maospati Magetan (Studi Nilai Budaya dan Potensinya sebagai Sumber Pembelajaran IPS SMP). Gulawentah: Jurnal Studi Sosial, 3(2), 68–78.
DOI: http://dx.doi.org/10.30829/juspi.v6i1.11546
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2022 Mochammad Nginwanun Likullil Mahamid
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban Islam)
Published by Department of History of Islamic Civilization,
Sumatera Utara State Islamic University, Medan, Indonesia
Email: jurnal.juspi@uinsu.ac.id
JUSPI is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License